Yahoo Messenger

~Bumi Meratap Di Usia Senjanya~

Bukan tidak mungkin lagi bagi kita untuk menyapa dunia dan menerawang sedikit ke alam sekeliling kita. Awalnya ada pohon ki ni telah jadi gedung real-estate, dulunya hutan belantara kini telah menjadi tumpukan perumahan masyarakat.Pantai yang pasirnya lebar dahulunya kini telah terkikis abrasi dan manusia membiarkannya.

Ini adalah salah satu perkembangan di dalam hidup manusia. Dari peradapan prasejarah hingga manusia mencetak sejarahnya. Manusia saling membunuh, dan bertindak semaunya tanpa dia pikirkan. Mereka sudah tak perduli dengan masa depan dan keberadaan generasi di bawah mereka.

Kini teknologi modern muncul. Komputer, handphone, telephone, mesin diesel, mesin tenaga surya, robot dan sebagainya telah bermunculan di jagad raya. Ini adalah puncak kejayaan modern berlaku. Hubungan multilateral telah terjalin. Perekonomian dengan pusat kebijakan pada satu adidaya. Merombak seluruh permukaan bumi dengan intelektualitasnya tanpa berpikir akan menjadi apa bumi ini kelak?

Global warming, tornado dan topan di mana-mana, banjir besar, gempa bumi adalah salah satu contoh perubahan dunia. Dunia sudah tak seimbang seperti dahulu kala. Dunia menjerit karena permukaannya lecet oleh ulah manusia. Makhluk yang seharusnya menjaga kelestarian bumi malah menghancurkan diri. Adakah kiamat yang memang asalnya dari manusia itu sendiri? Kiamat tak ada batas waktunya, selama manusia masih berhasrat tuk menghancurkan, membinasakan manusia lain, mengambil alih teritorial dan proyek nuklir, kiamat akan segera datang. Perang akan terjadi namun siapa tau korbannya tak seujung jari pembuat bom atom?

Manusia memakan dirinya sendiri. Teknologi yang telah melarutkannya. Dia lupa bahwa dia berasal dari bumi dan dia sendiri yang menghancurkan bumi. Global Warming dan pencairan kutub ini akan menambah panjang persoalan manusia yang keji. Tahun ke depan sampah dunia akan menumpuk, dan darimanakah dunia membuangnya selain di bumi ini? Seandainya sampah bisa dibuang di luar angkasa, apakah masih dapat menjamin hancurnya dunia?

Sang bayi akan tetap menangis, dan sang renta akan meratap kematian. Dan tak ada yang mampu lari kecamuk dunia. Umur akan terus merangkak dan akhirnya berpadu pada dunia kematian. Tak ada yang berlalu dan tak ada yang berlaku. Bumi hanya meneteskan air mata menunggu kerentaannya karena ulah sang penjaga nya sendiri, manusia.

Mengapa ada kebencian, sedangkan ulat masih berharap menjadi kupu-kupu yang indah?? Air masih ingin mengalir meski kemarau menghadangnya. Apakah sarang serigala akan ditinggalkan sementara anak-anaknya sendiri kelaparan di dalamnya. Oh manusia... sadarlah sekarang. Bukan nanti kita menikmati hujan darah kita sendiri. Dan sebelum itu terjadi, belajarlah dengan baik dan pergunakanlah otak dan pikiranmu. Untuk membesarkan bumi dalam keawetmudaannya, dan bukan menghina kerentaanya. Saat fajar menyingsing, matahari pastikan terbenam. Sebelum pagi tiba, jangan biarkan awan mendung menutupinya.

Sesudah Baca Bilang Apa??