Yahoo Messenger

Hukum Negara adalah Prioritas Utama(Tinjauan Kasus Syeh Puji)

Syeh Puji aneh-aneh aja ya?? Poligami sich boleh-boleh aja deh suka-suka ente. Cuma aja, kok anak kecil juga diikutin dalam program poligaminya sich? Melihat penjelasan Ulfa di TV baru-baru ini, kayaknya si Ulfa udah dipengaruhi oleh Mbah Syeh Puji. Dan dari orang tuanya Ulfa juga, kayaknya ngga meninjau ulang deh, kenapa juga mau dijodohin ama Bandot kayak begitu, khan masih ada yang lebih baik dan sesuai dengan umurnya. Saya rasa sebenarnya hati kecil Ulfapun masih merindukan masa bermain dan belajar. Karena masa-masa kecil paling tidak warna-warninya adalah berteman dan menghabiskan masa kanak-kanak di sekolah, bukannya menjalani kehidupan rumah tangga.

Kita boleh mengikuti aliran kepercayaan kita tentang kawin muda, namun ingatlah satu hal. Kita hidup di negara Bhinneka Tunggal Ika, beberapa pikiran akan berkontra dengan pikiran lain dan ini harus dipertimbangkan sejak awal dalam memutuskan sesuatu. Jadi apapun kepercayaan kita, setidaknya terbatas pada hukum negara sebagai moral bangsa. Undang-undang yang berlaku harus kita tegakkan. Tapi saya juga tidak menyakini dengan pasti hukum di Indonesia tentang Perkawinan, hukum apapun itu. Karena Hukum di Indonesia itu ibarat sebuah parang bermata satu. Di sisi satu dia tajam dan dapat memotong apapun. Ketika hukum bisa dibeli dengan uang, maka tumpulnyapun akan sebanding dengan tumpulnya punggung parang. Kuat tidaknya hukum adalah tergantung dari oknum yang berkecimpung di bidang tersebut. Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan hukum adalah tiang dasar bagi negara. Jika dasar sudah kokoh, namun tiangnya mudah runtuh, tak heran sluruh bidang kehidupan kita akan runtuh seperti rumah bertiang kayu lapuk. Rumah itu akan roboh.

Belajar dari Syeh Puji dan Lutviana Ulfa. Dilihat dari aspek manapun, hukum tetaplah hukum dan harus ditegakkan. Siapapun itu dan bagaimanapun latar belakangnya wajib menjunjung hukum tanpa pengecualian. Segala sesuatu sudah diatur dalam Undang-Undangnya. Memang, kadangkala sulit bagi kita untuk menerima kenyataan di negara kita, khususnya ketidakadilan. Namun di sisi lain, yang namanya hukum dan moral adalah landasan atau rambu-rambu untuk kita berprilaku supaya kita menjadi baik. Dan selama tujuan hukum itu baik, mengapa tidak kita ikuti? Jika tidak senang berada atau hidup di bawah hukum Indonesia, adalah kebebasan dari pribadi. Tetaplah berpegang teguh pada prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

0 komentar:

Sesudah Baca Bilang Apa??